![]() |
Menelusuri Sumber Dana Pembuatan Patung Jokowi di Karo, Sumatra Utara: Antara Swadaya, Donasi, dan Dukungan Pemerintah |
RadioKonoha.Com KARO, SUMATERA UTARA — Sebuah patung Presiden Joko Widodo berdiri megah di kawasan Kabupaten Karo, Sumatra Utara. Kehadiran patung tersebut sontak menjadi perbincangan hangat di berbagai kalangan masyarakat. Tidak hanya karena bentuk dan lokasinya yang mencolok, namun juga karena munculnya pertanyaan mendasar: dari mana sebenarnya sumber dana untuk membiayai pembangunan patung tersebut?
Patung yang diresmikan pada awal Mei 2025 itu menampilkan sosok Presiden Jokowi dengan pose khas: mengenakan baju putih lengan panjang, celana hitam, dan senyum ramah sambil mengangkat satu tangan. Patung ini didirikan di ruang publik strategis, tepatnya di salah satu kawasan wisata yang mulai berkembang di Karo. Peletakan patung tersebut disebut sebagai bentuk penghargaan masyarakat atas kontribusi Jokowi dalam pembangunan infrastruktur serta perhatian terhadap bencana erupsi Gunung Sinabung selama masa kepemimpinannya.
Namun di balik apresiasi tersebut, muncul sejumlah pertanyaan publik, terutama terkait transparansi dana pembangunan. Beberapa kalangan mempertanyakan: apakah patung ini dibiayai oleh APBD, APBN, donatur swasta, ataukah murni hasil swadaya masyarakat?
Pemerintah Kabupaten Karo, melalui Kepala Dinas Pariwisata dan Kebudayaan, menyampaikan bahwa pembangunan patung Jokowi tersebut tidak menggunakan dana dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) maupun APBN.
“Kami tegaskan bahwa patung ini dibangun sepenuhnya melalui partisipasi masyarakat dan tokoh-tokoh lokal yang ingin memberikan penghormatan simbolis kepada Presiden Jokowi. Tidak ada dana dari pemerintah daerah maupun pusat yang digunakan,” ujar Kadis Pariwisata Karo, Frans Ginting, pada konferensi pers, Jumat (16/05).
Lebih lanjut, ia menjelaskan bahwa pembangunan patung tersebut diprakarsai oleh kelompok relawan dan pelaku usaha lokal yang menggalang dana secara gotong royong.
Investigasi lanjutan menunjukkan bahwa sebagian besar dana untuk membangun patung tersebut berasal dari donasi para pengusaha lokal, khususnya mereka yang bergerak di sektor pariwisata, pertanian, dan properti. Salah satu tokoh yang terlibat langsung dalam proyek ini adalah Bernard Sinulingga, seorang pengusaha hotel dan resort di kawasan Berastagi.
“Kami ingin meninggalkan warisan simbolik yang menunjukkan bahwa masyarakat Karo menghargai pemimpin yang berpihak kepada rakyat. Patung ini bukan bentuk pemujaan, melainkan ekspresi budaya dan rasa terima kasih,” tutur Bernard.
Ia menyebutkan bahwa dana yang terkumpul berasal dari lebih dari 30 donatur individu dan lembaga, dengan nilai total sekitar Rp1,2 miliar. Dana tersebut mencakup biaya desain, pengerjaan patung oleh seniman lokal, serta pembangunan area sekitarnya seperti taman dan papan informasi.
Tidak bisa dipungkiri, keterlibatan komunitas relawan Jokowi di Sumatra Utara juga sangat besar dalam proyek ini. Komunitas ini tidak hanya memberikan kontribusi finansial, tetapi juga membantu dalam sosialisasi proyek ke masyarakat dan penggalangan dana melalui platform digital.
Salah satu relawan, Maria Purba, mengatakan bahwa mereka membuat kampanye donasi online sejak akhir tahun 2024. “Kami membuka transparansi penuh. Semua dana tercatat dan dapat diakses publik melalui situs kami. Kami hanya mengumpulkan dukungan dari mereka yang ikhlas memberi,” ujarnya.
Menurut Maria, konsep pembangunan patung ini juga melalui diskusi panjang dengan tokoh-tokoh adat dan budaya setempat agar tidak menyinggung nilai-nilai kultural masyarakat Karo.
Warga Karo menyambut beragam keberadaan patung tersebut. Sebagian besar menyatakan kebanggaan karena daerah mereka menjadi perhatian nasional. Namun ada juga yang menyoroti prioritas pembangunan.
“Patungnya bagus, dan saya bangga. Tapi saya juga berharap fasilitas umum lainnya seperti jalan desa dan irigasi bisa diperhatikan lebih dulu,” kata Sumarni Tarigan, seorang petani di kawasan Tigapanah.
Di sisi lain, beberapa warga mempertanyakan urgensi pembangunan patung di tengah kondisi ekonomi yang masih sulit pasca-pandemi.
Menurut pengamat kebijakan publik dari Universitas Sumatera Utara (USU), Dr. Aditya Surbakti, polemik soal patung ini bisa diminimalisir jika sejak awal disampaikan dengan terbuka kepada masyarakat.
“Kalau sumber dananya jelas, prosesnya transparan, dan tidak membebani APBD/APBN, maka tidak seharusnya menjadi masalah. Namun komunikasi publik yang buruk bisa menimbulkan kecurigaan,” ujar Aditya.
Ia juga menyarankan agar pemerintah daerah ke depan lebih aktif menyosialisasikan proyek-proyek simbolik seperti ini agar tidak menimbulkan kesan pemborosan atau pencitraan.
Dari sisi seni dan budaya, patung ini memiliki nilai historis tersendiri. Menurut seniman lokal yang terlibat dalam proses kreatifnya, patung ini tidak hanya menggambarkan sosok Presiden Jokowi, tetapi juga memuat simbol-simbol lokal Karo.
“Di bagian dasar patung terdapat ukiran ornamen tradisional Karo yang melambangkan kekuatan, kesederhanaan, dan kebijaksanaan. Ini bukan hanya patung tokoh nasional, tapi juga cermin identitas lokal,” jelas seniman bernama Sondang Girsang.
Pembangunan Patung Jokowi di Karo, Sumatra Utara, sejatinya merupakan proyek simbolik yang bertujuan memberikan penghormatan kepada kepala negara. Meski sempat memicu tanya, hasil penelusuran menunjukkan bahwa proyek ini dibiayai sepenuhnya oleh donasi masyarakat, pengusaha lokal, dan relawan tanpa campur tangan dana pemerintah.
Namun, ke depan, transparansi dan pelibatan publik sejak awal sangat penting agar proyek serupa bisa diterima dengan baik dan tidak menimbulkan prasangka. Lebih dari sekadar monumen, patung ini diharapkan menjadi simbol aspiratif akan pentingnya kepemimpinan yang berpihak pada rakyat, serta gotong royong masyarakat dalam membangun peradaban.
Rate This Article
Thanks for reading: Telusuri Sumber Dana Pembuatan Patung Jokowi Di Karo, Sorry, my English is bad:)