![]() |
Masyarakat Jawa Timur Ingin Khofifah Mundur Jadi Gubernur dan Menginginkan Kang Dedi Mulyadi Pimpin Jawa Timur
Surabaya, Mei 2025 – Desakan agar Gubernur Jawa Timur, Khofifah Indar Parawansa, mundur dari jabatannya semakin menguat. Tidak hanya itu, muncul pula suara dari sebagian masyarakat yang menginginkan tokoh asal Jawa Barat, Kang Dedi Mulyadi, untuk menggantikan posisi tersebut di periode berikutnya.
Mengapa Masyarakat Ingin Khofifah Mundur?
Sejumlah elemen warga, aktivis, dan tokoh masyarakat menyuarakan ketidakpuasan terhadap kebijakan dan kepemimpinan Khofifah selama beberapa tahun terakhir. Mereka menilai bahwa kebijakan Pemprov Jatim kurang responsif terhadap kebutuhan masyarakat kecil, terutama di sektor pertanian, ketenagakerjaan, dan UMKM.
"Kami sudah cukup bersabar. Program-programnya banyak, tapi realisasinya tidak terasa di masyarakat. Ketimpangan masih tinggi," ungkap Suhadi, tokoh masyarakat dari Bojonegoro.
Ketimpangan Wilayah dan Masalah Infrastruktur
Wilayah Jawa Timur bagian timur, seperti Madura dan Tapal Kuda, disebut masih tertinggal secara infrastruktur dibandingkan Surabaya atau Malang Raya. Pembangunan yang tidak merata ini memicu kritik terhadap arah kebijakan pemerintah provinsi.
Selain itu, proses perencanaan dan pelaksanaan proyek strategis daerah dinilai tidak melibatkan cukup banyak partisipasi masyarakat lokal.
Sosok Kang Dedi Mulyadi Jadi Harapan Baru
Menariknya, dalam berbagai diskusi publik dan media sosial, nama Kang Dedi Mulyadi — mantan Bupati Purwakarta dan tokoh populer dari Jawa Barat — mulai disebut-sebut sebagai figur pemimpin alternatif di Jawa Timur.
"Kami melihat gaya kepemimpinan Kang Dedi yang dekat dengan rakyat, punya visi budaya, dan tegas. Kami ingin sosok seperti itu memimpin Jawa Timur," ujar Ratri, mahasiswa asal Jember.
Kang Dedi sendiri dikenal sebagai tokoh yang konsisten mengangkat nilai-nilai kearifan lokal dan merakyat. Gaya komunikasinya yang blak-blakan dan aksi langsung ke lapangan membuatnya populer di berbagai wilayah, termasuk di luar Jawa Barat.
Dukungan Meluas di Media Sosial
Tagar seperti #KhofifahMundur dan #KangDediUntukJatim sempat menjadi trending di Twitter dan TikTok. Ribuan warganet mengekspresikan harapan akan perubahan kepemimpinan Jawa Timur menuju figur yang lebih populis dan solutif.
Beberapa survei daring independen juga mulai memasukkan nama Kang Dedi Mulyadi dalam simulasi calon gubernur Jawa Timur, meskipun ia berasal dari provinsi tetangga.
Tanggapan Pemerintah Provinsi
Sampai saat ini, belum ada pernyataan resmi dari Khofifah Indar Parawansa terkait desakan mundur atau aspirasi penggantian pemimpin oleh tokoh dari luar provinsi. Namun, beberapa pihak dari Pemprov Jatim menilai bahwa wacana ini merupakan bagian dari dinamika politik menjelang Pilkada.
"Kami menyambut semua kritik dan harapan sebagai masukan. Tapi perlu juga dihormati mekanisme dan proses demokrasi yang berlaku," kata salah satu pejabat Pemprov yang enggan disebutkan namanya.
Pengamat Politik: Wacana Ini Peringatan Keras
Pengamat politik Universitas Airlangga, Dr. Bambang Setyo, menyebut bahwa munculnya tokoh luar seperti Kang Dedi dalam wacana politik lokal menunjukkan adanya krisis kepercayaan terhadap elite politik daerah.
"Ini bisa menjadi momentum introspeksi bagi elite lokal. Ketika masyarakat mencari figur dari luar provinsi, itu pertanda bahwa mereka tidak lagi percaya dengan pilihan yang ada di lingkup lokal," jelasnya.
Kesimpulan
Desakan agar Khofifah mundur dan diganti oleh sosok seperti Kang Dedi Mulyadi menjadi sinyal kuat bahwa masyarakat Jawa Timur mendambakan perubahan besar dalam kepemimpinan. Dengan semakin meluasnya suara dari berbagai kalangan, tampaknya wacana ini akan menjadi isu penting dalam peta politik Jawa Timur ke depan.
Apakah Kang Dedi akan benar-benar maju di Jawa Timur? Ataukah ini hanya ekspresi simbolik masyarakat terhadap ketidakpuasan? Yang jelas, rakyat kini semakin berani bersuara dan menentukan arah masa depan daerahnya.
Rate This Article
Thanks for reading: Warga Jatim Ingin Kofifah Mundur Dan Di Gantikan Kang Dedi Mulyadi, Sorry, my English is bad:)